Politik identitas telah menjadi fenomena yang semakin menonjol di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Istilah ini merujuk pada penggunaan identitas, seperti agama, etnis, atau suku, sebagai alat untuk mendapatkan dukungan politik. Di Indonesia, politik identitas sering kali menjadi faktor penentu dalam pemilihan umum, terutama dalam konteks politik lokal.
Salah satu contoh nyata adalah Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana isu agama menjadi sentral dalam kampanye. Dalam pemilu ini, perdebatan mengenai agama calon gubernur dan dukungan dari kelompok-kelompok agama tertentu mempengaruhi hasil pemilihan. Politik identitas juga kerap digunakan untuk memperkuat polarisasi di masyarakat, menciptakan perpecahan antara kelompok yang berbeda.
Dampak politik identitas bisa sangat merusak, karena dapat menimbulkan diskriminasi dan memperburuk ketegangan sosial. Namun, di sisi lain, banyak yang berargumen bahwa identitas merupakan bagian penting dari demokrasi yang memberi suara kepada kelompok-kelompok yang sebelumnya terpinggirkan. Tantangannya adalah bagaimana mengelola politik identitas agar tidak menjadi alat untuk memecah-belah, melainkan untuk memperkuat kebhinekaan.